Ketika kita mengenang masa sekolah , bagi kita sekarang yang berusia diatas 35tahun tentulah akan mengingat pelajaran bahasa Indonesia yang sangat berkesan. Pelajaran yang sangat polular kala itu; yaitu ini budi, ini ibu budi. Nampaklah sekilas pelajaran itu sangat membosankan, akan tetapi apa yang dihasilkan oleh mata pelajaran itu sangat luar biasa. Bukankah gedung-gedung yang megah di ibukota Jakarta yang membangun adalah generasi ini budi? Tengoklah pemimpin sekarang ini baik lembaga pemerintah ataupun swasta dari kalangan generasi ini budi?
Seiring perjalanan waktu ini budi terlupakan. Mereka-mereka generasi ini budi kemudian banyak yang sekolah kenegeri asing. Kemudain pulang membawa segudang title. Tidak hanya itu mereka mengimpor pendidikan luar itu ke negeri ini meskipun sebagian berseberangan dengan nilai budaya dan agama bagi bangsa ini.
Saya ambil contoh; bagaimana anak diajarkan tentang HAM mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sampai-sampai seorang gadis remaja yang sukses menjadi artis ( pemain sinetron) yang ibunya melarang dia untuk berpacaran merasa ibunya telah melanggar HAM. Terjadilah perseteruan panjang antara ibu dan anak. Barang impor yang dibanggakan itu telah membuat anak-anak dari generasi ini budi menjadi berani kepada ibunya. Inikah yang dimaksud dengan modernisasi? Generesi ini budi diajarkan bagaimana mereka patuh kepada orang tua untuk hal-hal yang baik dan patuh kepada guru. Mematuhi orang tua kadang berat bagi mereka karena bertentangan dengan kesenangan-kesenangan mereka. Tidaklah mereka sampai menyeret gurunya ke pengadilan gara-gara guru mereka menempeleng mereka. Justru mereka sadar kenapa seorang guru sampai menempeleng seorang murid? Tentulah si murid telah sangat kurang ajar.
Saking bangganya dengan HAM sebagian generasi ini budi dan beberapa keturunanya, mereka menyeret guru-guru mereka ke polisi gara-gara si guru memukul atau menjewer muridnya. Seorang guru memberikan hukuman keras kepada seorang murid untuk memberikan pelajaran. Hal ini tidaklah terjadi kecuali si murid telah berbuat yang melampaui batas. Tidaklah guru memukul murid kecuali dia telah berkata dengan lemah lembut dan memperingatkan si murid untuk tidak membuat keributan di kelas. Guru adalah manusia biasa yang kadang-kadang kehilangan kesabaranya. Mana yang lebih baik di pukul guru atau di pukul preman jalanan gara –gara mata sianak plirak-plirik kurang ajar atau sok jago naik motor di jalanan? Tidaklah seorang guru memukul si murid dengan tinju seperti tinjunya Mike Tyson kecuali dia memukul dengan kasih sayang dan pendidikan.
HAM-HAM dan HAM adalah senjata makan tuan bagi generasi ini budi yang mengajarkanya kepada keturunan mereka. Kalaulah para generasi ini budi mengajarkan apa yang bangsa ini sudah miliki tanpa harus ikut-ikutan HAM tentulah si murid akan punya akhlak yang mulia. Apa itu? Agama dan nilai-nilai lokal yang kita miliki. Cara beragama yang benarlah yang membuat anak-anak kita akan menjadi anak yang baik. Agama tidaklah menghalangi seorang untuk menjadi modern. Agama tidak melarang seorang menguasai ilmu dan teknologi. Agama tidak bertentangan dengan HAM. Tapi HAM itulah yang bertentangan dengan agama. Lebih dulu mana Agama atau HAM? Kalau ada aturan agama bertentangan dengan HAM . HAM lah yang harus dituduh melanggar nilai-nilai agama. Agama melarang hubugan sex diluar nikah tapi HAM membolehkanya. Kalau anda penggiat HAM, apakah anda akan diam saja ketika anak perempuan anda membawa teman laki-lakinya menginap dan tidur sekamar di rumah anda kemudian mereka melakukan hubungan layaknya hubungan suami istri, anda akan diam saja? Ibu mana yang akan membiarkan anaknya melakukan perbuatan zina di depan matanya. Hanya seorang ayah yang sudah rusak pikiranyalah yang membiarkan anak perempuanya yang masih SMA ditiduri oleh teman laki-lakinya. Demikainlah HAM akan membuat generasi keturunan ini budi meninggalkan nilai- nilai agama dan budaya bapak-bapak mereka. Tidak hanya itu akan ada banyak kerusakan –kerusakan akibat di kampanyekanya HAM.
Inilah sekilas pesan dari saya , saya adalah seorang guru sekolah dasar yang prihatin dengan kondisi anak-anak sekarang ini. Mari kita kembalikan nilai-nilai agama di rumah kita , jauhkan anak-anak kita dari HAM. Meskipun kami disekolah disuruh mengajarkan HAM oleh pemerintan tapi mari bentengi keluarga kita dari HAM. Biarlah HAM hanya sebagai wawasan saja jangan jadikan sebagai amalan kehidupan kita dalam keluarga. Mengamalkan ajaran agama lebih baik dari pada mengamalkan paham HAM yang sesat dan menyesatkan, yang rusak dan merusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar